Ichtisar Kemerdekaan Indonesia

Djustra karena bung Karno mengikut menumpang dalam keluarga H.O. S. Tjokroaminoto, maka ia bisa berkenalan dengan beberapa pemimpin pergerakan, diantaranja Muso seorang pemimpin komunis jang tidak asing lagi bagi masarakat Indonesia. Disinilah bung Karno tertarik oleh sual-sual kebangsaan dan politik.

Selandjutnja Bung Karno meneruskan sekolah insinjur di Bandung. Pada tahun 1925, kutika Bung Karno lulus dari sekolah insinjur, kebetulan sekali bahwa Mesdjid-Acung kota Bandung akan diadakan perobahan. Oleh para perintis pendirian mesdjid tersebut, Bung Karno dimintai teknis adpis untuk pendirian mesdjid-agung tersebut. Dalam penerimaan itu, Bung Karno diantaranja menanjakan. adakah mesdjid itu akan dibuat untuk puluhan atau untuk ratusan tahun.

Sebab demikian katanja, hitungan tahun itu harus tampak dalam anggaran belandja dan konstruksinja. Ketika ontvwverpnja selesai, — dibuat oleh Ir. Sukarno dan Prof. Wolf Schoemaker —'ternjata bahwa mesdjid itu membutuhkan ongkos pembikinan tampa hiasan ornamentiek sedjumlah f 800.000.— sedangkan kalau ditambah dengan ornamentieknja, maka ongkos itu akan mendjadi f 1.100.000.— Pada tahun itu djusa jang berkepentingan menghitung-hitung dan ternjata, bahwa dengan permintain derma dari kaum Muslimin f 1.— seorang maka djumlah ongkos itu akan mudah ditutup.

Tapi pemerintah Hindia Belanda, menolak pemberian Izin mengadakan derma demikian dengan alasan akan memberatkan beban Rajat. Pihak Indonesia berpendapat. bahwa penolakan itu timbul dari beleid politik kolonial jang ingin mentjegah kaum Muslimin mempunjat lambang kebesaran, karena demikian mudah mendjadi pendorong akan kebangkitan djiwa. Laci pula pada saiit itu Ir. Sukarno sudah mulai tidak disukai oleh pemerintah Hindia Belanda. Sehingga terhentilah segala usaha tersebut.

Pada tahun 1927 bung Karno sebagai jang pertama kali, telah bisa mendirikan suatu partai, ialah Partat Nasional Indonesia, nama singkatannja P.N.I. dan mempunjai simbolnja Kepala Banteng” dengan dia sendiri sebagai ketuanja.

Kutika pada bulan October 1927 di Djogdjakarta diadakan

rapat umum-terbuka, diantaranja dalam rapat itu banjak di-

18